Salah satu kelemahan sistem pendidikan saat ini adalah fokusnya pada nilai dan nilai ujian[1]. Penekanan pada prestasi akademis seringkali membayangi prestasi non-akademik, seperti pengembangan bakat dan keterampilan. Ujian nasional (UN) merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan kelulusan dan keberhasilan pendidikan[2], yang dapat menciptakan budaya persaingan dan tekanan di kalangan siswa. Sistem ini dapat menyebabkan fokus yang salah arah pada nilai dan nilai dibandingkan pendekatan holistik terhadap pendidikan[3]. Untuk mengatasi permasalahan ini, satuan pendidikan perlu menghilangkan tes calistung dari proses PPDB di SD/MI/sederajat, dan kurikulum harus fokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi siswa.
Sistem pendidikan saat ini juga cenderung mengabaikan keterampilan praktis dan pengalaman dunia nyata[6]. Banyak siswa lulus tanpa keterampilan yang diperlukan untuk berhasil dalam dunia kerja, sehingga menyebabkan kesenjangan keterampilan di pasar kerja. Program homeschooling dan pendidikan vokasi dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman praktis di dunia kerja[7][8]. Kurikulum MACOS, misalnya, berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual dan memberikan keterampilan praktis yang relevan dengan tuntutan masyarakat[9][10]. Program pembelajaran remedial juga dapat membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya dan mencapai kriteria ketuntasan [11]. Dengan memasukkan keterampilan praktis dan pengalaman dunia nyata ke dalam kurikulum, siswa dapat lebih siap untuk sukses dalam karir masa depan mereka.
Kurangnya fleksibilitas dan kesempatan belajar individu merupakan kelemahan lain dari sistem pendidikan saat ini[9]. Pendekatan pendidikan yang bersifat universal dapat membatasi potensi siswa dan menghambat pertumbuhan individu mereka. Kepemimpinan pendidikan memegang peranan penting dalam mempengaruhi seluruh personel untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan mencapai tujuan pendidikan [12]. Guru perlu memiliki kompetensi untuk mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan gaya dan kemampuan belajar yang berbeda [13]. Penerapan desain kurikulum yang fleksibel dan kesempatan belajar individu dapat membantu memenuhi beragam kebutuhan dan minat siswa. Dengan memberikan lebih banyak fleksibilitas dan kesempatan belajar individu, sistem pendidikan dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa dengan lebih baik.
Sumber
Tinggalkan Komentar